Fakfak Masih Bergejolak - Tangkap Oknum Yang Sebut "Monyet" Mahasiswa Papua - Metroxpose News and Campaign

Headline

Made with PhotoEditor.com
Made with PhotoEditor.com
Made with PhotoEditor.com
WARTAWAN METROXPOSE.COM DALAM PELIPUTAN TIDAK DIBENARKAN MENERIMA IMBALAN DAN SELALU DILENGKAPI DENGAN KARTU IDENTITAS SERTA SURAT TUGAS DAN TERTERA DI BOX REDAKSI # ANDA MEMPUNYAI BERITA LIPUTAN TERUPDATE DAN REALTIME DAPAT ANDA KIRIMKAN LEWAT WHATSAPP # ANDA TERTARIK JADI JURNALIS? KIRIMKAN LAMARAN ANDA KE # REDAKSI +6288261546681 (WA) email : metroxposeofficial@gmail.com # METROXPOSE.COM - News and Campaign

Wednesday, August 21, 2019

Fakfak Masih Bergejolak - Tangkap Oknum Yang Sebut "Monyet" Mahasiswa Papua


MetroXpose.com, Papua - Terkesan Lambat Penanganan dari Pemerintah yang tidak segera menangkap Oknum yang memaki mahasiswa asal papua di Malang, menjadi kan bola panas yang mengalir di hamparan salju dan sampai saat ini masih berkobar gerakan aksi tidak terimanya Orang Papua dihina dan di tindas, baik dari ekonomi dan kesejahteran, Fakfak masih bergejolak hingga berita ini diturunkan , kupulan asap dari sebuah pasar Thumburuni yang dibakar, menunjukan meluasnya sakit hati masyarakat Papua akan kondisi saat ini. Narasi dari seorang Ibu saat berorasi menangis dan kemauan seluruh rakyat papua, Pemerintah mengadili oknum yang menyebut mahasiswa dengan kata Monyet tersebut yang videonya viral di medsos.



 Kemarin Ribuan warga Papua yang tergabung dalam koalisi mahasiswa, aktivis dan masyarakat, Senin (19/08/2019) pagi, turun ke jalan memprotes persekusi dan penangkapan mahasiswa asal Papua yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur.

Baca Juga : Manokwari Memanas Tautan Insiden Surabaya dan Malang
Massa bergerak dari wilayah Abepura dan Waena, menuju kawasan kota hingga menyebabkan sebagian pertokoan dan perkantoran tutup. Sebagian besar massa bergerak tepat pukul 13.48 WIT dengan berjalan kaki hingga menyebabkan aktivitas pada ruas jalan utama lumpuh total. Aksi demonstrasi ini pun mendapat pengawalan dari aparat TNI dan Polri. 
Massa yang tiba sekitar pukul 15.30 WIT tiba di Kantor Gubernur Dok II Jayapura, diterima langsung oleh Gubernur Papua Lukas Enembe, didampingi Ketua DPR Papua Yunus Wonda dan Ketua MRP Timotius Murib, Sekda Papua Hery Dosinaen serta pejabat terkait.
Sejumlah tuntutan pun disampaikan oleh mahasiswa, tokoh dan aktivis yang hadir, dengan satu keinginan, diantaranya menuntut Pemerintah Provinsi Papua, meminta Presiden, Panglima, Kapolri, serta Gubernur Jawa Timur menindak tegas dan memproses hukum ormas serta oknum TNI/Polri yang melakukan sikap rasis kepada mahasiswa asal bumi cenderawasih.
Pendemo juga meminta dengan tegas agar bupati dan walikota setempat meminta maaf kepada masyarakat Papua atas penyataannya. Selanjutnya, meminta Presiden memberikan perlindungan bagi pelajar yang ada di seluruh Indonesia. 
Sementara apabila rasiseme, intimidasi, persekusi dan ketidakadilan terus dilakukan kepada masyarakat Papua dan mahasiswa Papua dan kedaulatan dikembalikan kepada rakyat atau referendum. Keinginan itu disampaikan dalam bentuk pernyataan sikap yang diserahkan langsung kepada Gubernur Papua Lukas Enembe.
Sementara Gubernur Lukas dalam pernyataannya siap meneruskan aspirasi itu kepada Presiden Joko Widodo. Dia pun memastikan tak bakal ada lagi evaluasi UU Otsus sebab upaya yang dilakukan Pemprov Papua untuk mengusukan Otsus plus sudah ditolak pusat.
“Artinya, bicara evaluasi UU Otsus kini tidak ada satu orang pun yang berhak merubah Otsus. Jadi, sekarang biarlah rakyat Papua yang tentukan sendiri masa depan mereka,” tegasnya. 
Lukas pun mengaku telah menghubungi Gubernur Jawa Timur guna memprotes perlakuan terhadap mahasiswa asal Papua di Surabaya. “Namun ibu Gubernur Jawa Timur sudah minta maaf. Hanya sangat disayangkan hal ini bisa terjadi. Sebab kami bangsa Papua yang punya harga diri dan martabat. Kita tidak bisa dilecehkan seperti itu,” keluhnya.
Sementara usai menerima aspirasi pendemo, Gubernur Papua beserta pejabat terkait langsung bergegas meninggalkan Halaman Kantor Gubernur. Sementara para pendemo membubarkan diri dengan tertib dengan dikawal pihak keamanan.(dwi)