Medan,MetroXpose.com | Dalam kurun waktu seminggu wilayah Sumatera Utara diguyur hujan dan angin kencang, mengakibatkan genangan air disejumlah wilayah.
Siklon perubahan cuaca yang terjadi diatas langit kepulauan sumatera juga jadi faktor penentu tingginya intensitas curah hujan dan angin di berbegai wilayah.
Kondisi ini mengakibatkan banjir karena daya serap air masuk ketanah dalam status jenuh atau tidak dapat terserap lagi masuk kedalam tanah yang diduga kuat karena akar pohon yang dahulunya penahan air ditanah sudah tidak ada lagi dibeberapa titik lokasi di bagian hutan sumatera utara.
Disisi lain Pembalakan liar dan pembukaan lahan untuk perkebunan dan lainnya serta penebangan pepohonan yang dilakukan oleh oknum pengusaha dan warga tanpa menimbang kaedah keseimbangan alam, mengesampingkan akan bahaya yang ditimbulkan ikut dinilai penyebab utama bencana.
Abainya penanganan akan pelesetarian hutan lindung dan hutan konservasi menjadi bola panas yang akan terus bergulir jika pemerintah tidak segera ambil langkah kongkrit untuk mereboisasi hutan diseluruh wilyaah terdampak bencana.
Sejumlah Perusahaan yang beraktivitas di wilayah Sumtatera Utara dituding dalang dari penyebabnya banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah daerah seperti Sibolga, Tapsel, Tapteng dan Taput
Bencana yang terjadi mengakibatkan Sarana jalan penghubung lintas daerah lumpuh dan akses tertutup untuk berkomunikasi lewat selular dan pemadaman Listrik membuat warga semakin merana.
Pemerintah dirasa perlu meninjau ulang Peraturan penggunaan Lahan untuk perusahaan yang mengambil bahan baku produksinya dari hutan, konsekuensinya akan membuat kekuasaan konsesi lahan yang dikuasai perusahaan bisa ditinjau ulang, dilain pihak kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan hutan yang terus di tebang tidak sebanding dengan dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat luas jika terus dilakukan pembiaran.
Kondisi ini menjadi bulan-bulanan netizen yang dominan menyalahkan perusahan pertambangan yang beroperasi di kawasan hutan sumatera utara,
Pemerintah dinilai lambat dalam menangani kondisi yang kadung sudah sering terjadi tiap tahun menjadi kalender bencana dibeberapa titik rawan bencana di Sumut.
Lemahnya pengawasan dari Dinas terkait penanganan akan Konservasi Tanah dan Air yang selama ini terabaikan, dan terkesan dianggap kejadian Alam yang sudah terjadi seolah membenarkan kehendak alam semata. Padahal dalam ilmu Tanah, hal ini bisa diatasi dengan meneliti kawasan yang tedampak dengan jenis tanah dan tanaman yang cocok untuk ditanam di wilayah tersebut.
Topografi dan Geologis tanah di Sumatera Utara cenderung berbukit dan berlembah serta banyak sungai, dan pepohonan yang menaunginya hampir punah dikelilingi lahan yang digunakan untuk usaha oleh sejumlah perusahan yang notabenenya dianggap perusak ekosistem alam di sumut.
Sudah segara harus di lakukan penanaman hutan kembali (Reboisasi.red) agar keseimbangan ekosisitem alam dapat terjaga dan kejadian banjir dan tanah longsor dapat diatasi kedepannya.
(Lam/MX)

