Bareskrim Lacak AKun Medsos yang Gencar Ajak Siswa Berdemo - Metroxpose News and Campaign

Headline

Made with PhotoEditor.com
Made with PhotoEditor.com
Made with PhotoEditor.com
WARTAWAN METROXPOSE.COM DALAM PELIPUTAN TIDAK DIBENARKAN MENERIMA IMBALAN DAN SELALU DILENGKAPI DENGAN KARTU IDENTITAS SERTA SURAT TUGAS DAN TERTERA DI BOX REDAKSI # ANDA MEMPUNYAI BERITA LIPUTAN TERUPDATE DAN REALTIME DAPAT ANDA KIRIMKAN LEWAT WHATSAPP # ANDA TERTARIK JADI JURNALIS? KIRIMKAN LAMARAN ANDA KE # REDAKSI +6288261546681 (WA) email : metroxposeofficial@gmail.com # METROXPOSE.COM - News and Campaign

Saturday, September 28, 2019

Bareskrim Lacak AKun Medsos yang Gencar Ajak Siswa Berdemo


MetroXpose.com, Jakarta - Polisi tengah memburu penyebar pesan ajakan untuk para pelajar berunjuk rasa di DPR pada Rabu (25/9/2019) kemarin. Saat ini, tim Direktorat Siber Bareskrim Polri dan Siber Polda Metro Jaya tengah memprofiling akun penyebar ajakan tersebut.

Baca Juga : Pasal Kontroversi RUU KUHP Tidak Cocok Diterapkan Dipapua
“Ya tentunya nanti dari Ditsiber Bareskrim dan Ditreskrimsus Polda Metro Jaya melalui Sibernya akan memprofiling akun-akun menyebarkan konten yang bersifat ajakan kepada sekolah dan siswa untuk melakukan tindakan demo ke Jakarta,” ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (27/9/2019).
Jika nanti dalam penyelidikan ditemukan adanya unsur pidana, Dedi menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan penindakan. Proses penyelidikan dilakukan dengan menggandeng Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Baca Juga : Telah 30 Jiwa Melayang Pasca Kerusuhan di Wamena Papua
Selain memburu penyebar ajakan demo, mantan Wakapolda Kalimantan Tengah ini menuturkan pihaknya juga akan memberikan literasi digital agar masyarakat paham terutama para siswa. Ia juga meminta peran KPAI, Kemendikbud dan para sekolah untuk memberikan edukasi agar aksi unjuk rasa tidak berujung kerusuhan.
“KPAI dan Kemendikbud memberikan literasi digital ke masyarakat dan sekolah juga aktif memberikan edukasi ke siswanya,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Dedi pun menyampaikan bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa dan siswa telah ditunggangi oleh penumpang gelap. Aksi yang awalnya damai tiba-tiba berakhir ricuh dan memakan korban baik para pendemo maupun aparat.
“Ada indikasi aksi mahasiswa dan siswa kemarin tidak murni aksi penyampaikan pendapat tapi ada oknum atau penumpang gelap yang memanfaatkan momen agar aksi berakhir ricuh,” katanya.
Sebelumnya, KPAI menyayangkan adanya pelibatan anak dalam aksi yang berujung ricuh di DPR. KPAI meminta polisi mengejar penyebar undangan agar para pelajar ikut melakukan aksi ke DPR.
“Dalam hal ini tentu KPAI prihatin dan mengecam adanya pelibatan anak-anak dalam konteks yang usianya masih anak. KPAi tidak bosan-bosan mengingatkan tempat anak bukan di jalanan, di kerumunan, di situasi yang bahaya bagi anak, dalam konteks demonstrasi,” kata Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati.
KPAI menyebut awalnya ajakan agar para pelajar yang terdiri atas siswa SMK, SMA, hingga SMP mengikuti aksi tersebut tersebar di media sosial. Ajakan tersebut berbentuk poster-poster seruan aksi untuk pelajar STM. Ada pula foto-video yang menunjukkan anak sekolah tersebut bergerak dengan menaiki truk, bus TransJakarta, hingga KRL.
Dari temuan KPAI di lapangan, faktanya anak-anak itu terlibat dalam aksi tersebut karena ajakan dari media sosial. Selain itu, anak-anak tersebut tidak memahami makna demonstrasi dan apa yang diperjuangkan. Karena itu, KPAI meminta polisi dan Kominfo mengusut penyebar informasi tersebut.(Dwi)